Kalaitu, Nabi Musa menyampaikan ajaran yang terkandung di dalam kitab Taurat kepada bangsa Bani Israil. Isi kitab tersebut menggunakan bahasa Ibrani. Di dalamnya terdapat beberapa hukum-hukum syariat dan sistem kepercayaan yang dapat dibenarkan. Al-Quran surah Ali 'Imran ayat 3 menjelaskan tentang firman Allah yang menyatakan adanya Taurat. Terdapatsebuah kaidah yang berharga dalam ilmu tafsir: المحترزات في القرأن تقع في كل المواضع في اشد الحاجة إليها “ muhtarazat yang terdapat dalam Al Qur’an itu terletak pada tempat-tempat yang AllahSAW di dalam Surat Yunus ayat 40-41 menjelaskan tentang adanya orang yang beriman dan tidak beriman di muka bumi serta larangan untuk menjauhi tindak kekerasan. ADVERTISEMENT. Surat Yunus tergolong ke dalam surat Makkiyah yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah. Surat ini juga banyak mengisahkan tentang perjuangan keimanan dalam kamusaling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.8 Sebagai hamba yang beriman, diperintah untuk bisa menerima bahwa adanya berbagai macam perbedaan pendapat dan paham itu sudah Jelaskanpesan pesan yang terkandung pada Q.S. al-Isra ayat 23-24. SD Jelaskan pesan pesan yang terkandung pada Q.S. al- YA. Yufal A. 31 Januari 2022 01:57. Pertanyaan. Jelaskan Barangsiapamelakukan demikian, maka dia telah menzalimi dirinya sendiri. Dan janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepada kamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepada kamu yaitu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), untuk memberi pengajaran kepadamu. Dalamsurat tersebut kata an-Nahl disebutkan pada ayat 68 yang terletak lebih dari separuh ayat dari awalnya, dan ayat 68 hanya satu-satunya yang membicarakan lebah. Juga pada surah ke-26 yang diberi nama Ash-Shura, ayat satu-satunya menyebutkan kata tersebut hanya terdapat dalam ayat 224 yang merupakan terakhir dalam surah tersebut. Jawab Pada dasarnya perbedaan pendapat dalam masalah hadits ahad bukanlah perbedaan pendapat yang sudah memasuki ranah ‘aqidah. Sebab, para ‘ulama sendiri berbeda pendapat dalam masalah ini dan itu sudah masyhur di kalangan mereka. Selain itu, perbedaan semacam ini juga diakibatkan karena banyak faktor, mulai dari ushul hadits yang berbeda, Kesimpulan Kesimpulannya adalah kita semua bisa mengetahui terjemahan Q.s al-luqman ayat 14-15 , kita juga mengetahui hukum bacaannya dan kita juga mengetahui kandungan surahnya yaitu yang menjelaskan tentang bagaimana kita harus berbakti kepada orang tua. Ayat ini tidak menyebut jasa Bapak, tetapi menekankan pada jasa Ibu. MenurutVariansi.com, pesan atau ajaran yang terkandung dalam surat ar-rahman ayat 33 adalah sebagai berikut, kecuali: perintah allah swt untuk melaksanakan ibadah puasa. Secara singkat, jawaban dari pertanyaan Pesan atau ajaran yang terkandung dalam surat Ar-Rahman ayat 33 adalah sebagai berikut, kecuali:? tidak ada penjelasan pembahasannya. Wnct9. Ayat Yang Menjelaskan Tentang Aqidah – Aqidah adalah sebuah pemahaman tentang keyakinan tentang Tuhan, Nabi dan agama yang kita anut. Aqidah adalah inti dari agama kita dan merupakan dasar untuk semua aktivitas ibadah yang kita lakukan. Oleh karena itu, penting untuk memahami aqidah dengan benar dan mengamalkannya sepanjang hidup kita. Islam mengajarkan kita untuk menerima Tuhan sebagai satu-satunya Tuhan dan menolak segala bentuk kesyirikan. Kita harus meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kita juga harus menerima dan menghormati seluruh nabi yang telah dikirim oleh Allah, dan mengikuti petunjuk mereka. Islam juga menekankan pentingnya mengikuti hukum-hukum Allah dan mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh-Nya. Kita harus meyakini bahwa Allah adalah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita dan kita harus mengikuti perintah-Nya. Kita harus menghindari segala bentuk dosa dan menjalani kehidupan kita dengan cara yang baik. Islam juga mengajarkan pentingnya beriman kepada hari kebangkitan dan hari pembalasan. Kita harus meyakini bahwa setiap orang akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan. Kita harus mempersiapkan diri kita untuk hari itu dengan beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa. Aqidah adalah inti dari agama Islam dan penting untuk memahami dan mengamalkannya dengan benar. Kita harus meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, menerima dan menghormati para nabi, mengikuti perintah-Nya, menghindari segala bentuk dosa, dan mempersiapkan diri kita untuk hari pembalasan. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan kita dengan cara yang benar dan mencapai kebahagiaan abadi. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Ayat Yang Menjelaskan Tentang 1. Meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu 2. Menerima dan menghormati seluruh nabi yang telah dikirim oleh Allah, dan mengikuti petunjuk 3. Mengikuti hukum-hukum Allah dan mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan 4. Meyakini bahwa setiap orang akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka 5. Menghindari segala bentuk dosa dan menjalani kehidupan kita dengan cara yang 6. Beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa untuk mempersiapkan diri kita untuk hari pembalasan. Penjelasan Lengkap Ayat Yang Menjelaskan Tentang Aqidah 1. Meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Aqidah adalah sebuah sistem keyakinan dan iman yang meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Ini adalah dasar yang paling penting dari aqidah yang menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Aqidah juga menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang berkehendak dan berkekuasaan penuh. Dia menciptakan semua makhluk yang ada di alam semesta dan mengatur semua sesuatu. Dia juga yang menentukan hukum yang mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta. Untuk menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, beberapa ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang aqidah ini antara lain 1. Al-Quran Surah Al-Ikhlas “Katakanlah Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” QS. 112 1-4. 2. Al-Quran Surah Al-Fath “Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia; Yang menetapkan kehendak-Nya dengan menurunkan keputusan dan keadilan.” QS. 48 22-23. 3. Al-Quran Surah An-Nahl “Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Dia adalah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” QS. 16 22. Ayat-ayat Al-Quran ini menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Ini berarti bahwa kita tidak boleh menyembah selain Allah, baik itu berupa makhluk ciptaan-Nya, atau bahkan berupa ideologi atau ide-ide yang diciptakan oleh manusia. Aqidah yang meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya juga menjelaskan bahwa Allah adalah Pencipta dan Penguasa semesta. Dia yang menciptakan semua makhluk yang ada di alam semesta, yang mengatur dan menetapkan hukum-hukum yang mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta. Selain itu, aqidah ini juga menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh makhluk-Nya dan Dia selalu menyertai mereka sampai akhir hayat mereka. Dia juga selalu membimbing mereka dalam setiap langkah yang mereka ambil. Aqidah yang meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya adalah dasar bagi keyakinan manusia akan Tuhan. Dengan menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah, maka Allah juga menjadi dasar bagi keimanan seseorang. Ini menandakan bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. 2. Menerima dan menghormati seluruh nabi yang telah dikirim oleh Allah, dan mengikuti petunjuk mereka. Aqidah adalah sebuah keyakinan yang menjadi dasar untuk beragama dan dalam agama Islam, aqidah menjadi dasar untuk mengikuti petunjuk Allah. Satu dari poin aqidah yang sangat penting adalah menerima dan menghormati seluruh nabi yang telah dikirim oleh Allah, dan mengikuti petunjuk mereka. Hal ini tercermin dalam ayat-ayat al-Quran yang berbunyi, “Dan ingatlah ketika Kami mengutus seorang Rasul kepada setiap kaum, mengatakan “Sembahlah Allah dan tinggalkan sesuatu yang disembah oleh kamu selain Dia.” Kemudian beberapa di antara mereka Allah mengikuti petunjuknya, dan ada pula di antara mereka yang sengaja melalaikannya. Maka lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang melakukan dosa.” QS. Al-A’raf 35. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah mengutus Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW, ke seluruh umat manusia untuk menyampaikan wahyu-Nya dan petunjuk-Nya. Allah juga mengutus para nabi yang lain sebelumnya kepada umat manusia, antara lain Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan sebagainya. Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa kita harus menghormati dan mengikuti petunjuk para nabi yang telah dikirim oleh Allah. Dalam ayat lain, al-Quran juga menyatakan, “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata, dan Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan al-Mizan untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil, dan Kami turunkan hujan yang menurunkan karunia dari langit, dan Kami berikan rezeki dengan banyaknya kepada kamu, dan Kami tidak pernah terhenti dari berbuat baik kepadamu.” QS. Al-Furqan 48-49. Ayat ini menegaskan bahwa Allah telah mengutus para nabi-Nya untuk memberikan hidayah dan petunjuk kepada manusia serta mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah SWT. Ayat ini juga menunjukkan bahwa para nabi Allah telah diutus kepada manusia dengan membawa bukti-bukti yang nyata untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil. Oleh karena itu, umat Islam diwajibkan untuk menerima dan menghormati semua nabi yang telah dikirim oleh Allah dan mengikuti petunjuk mereka. Kesimpulannya, aqidah terutama menitikberatkan pada menerima dan menghormati seluruh nabi yang telah dikirim oleh Allah, dan mengikuti petunjuk mereka. Ayat-ayat al-Quran menegaskan kembali hakikat ini dan mengingatkan umat Islam untuk mengikuti petunjuk dari para nabi tersebut. Dengan mengikuti petunjuk para nabi, umat Islam dapat menjadi pengikut yang taat dan berhijrah kepada kebenaran. 3. Mengikuti hukum-hukum Allah dan mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh-Nya. Aqidah adalah pandangan dan keyakinan tentang Allah, makhluk-Nya dan hukum-hukum yang ditetapkan-Nya. Salah satu aspek dari aqidah adalah untuk mengikuti hukum-hukum Allah dan mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh-Nya. Al-Quran adalah sumber utama ajaran aqidah Islam. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang aqidah ini adalah ayat yang berbunyi, “Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, supaya kamu mendapat rahmat” QS. Al-Anfal 46. Ayat ini menekankan kepada umat Islam untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa bantahan. Ketika kita mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, kita juga harus mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh-Nya. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang nilai-nilai moral ini adalah ayat yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, berlaku adillah dalam beramal, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” QS. Al-Maaidah 8. Ayat ini menekankan kepada umat Islam untuk berlaku adil dalam melakukan segala hal. Selain itu, Allah juga telah menetapkan bahwa kita harus menjaga hubungan baik dengan sesama umat Islam. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang ini adalah ayat yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah kaum muslimin itu satu umat dan janganlah kamu berpecah belah” QS. Al-i-Imran 103. Ayat ini menekankan kepada umat Islam untuk bekerjasama dan saling menghormati satu sama lain. Kesimpulannya, ajaran aqidah Islam menekankan kepada umat Islam untuk mengikuti hukum-hukum Allah dan mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditetapkan oleh-Nya. Oleh karena itu, dengan mengikuti ajaran aqidah ini, kita dapat menjadi umat yang berbakti kepada Allah dan menjadi pribadi yang berakhlak mulia. 4. Meyakini bahwa setiap orang akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan. Aqidah adalah keyakinan dan pandangan yang dipegang oleh setiap individu tentang kehidupan, kehidupan setelah kematian, dan hal-hal lain yang melekat pada agama. Aqidah adalah landasan bagi ajaran agama, dan itu menentukan cara seseorang memandang dan menafsirkan dunia. Salah satu aqidah yang penting adalah meyakini bahwa setiap orang akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan. Ini adalah salah satu inti dari agama-agama Abrahamik Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam Islam, aqidah ini dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadis. Salah satu ayat yang menunjukkan ini adalah surah al-Baqarah ayat 286 yang berbunyi, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” Ayat ini menunjukkan bahwa manusia harus bekerja keras untuk mencapai hasil yang diinginkan, dan ujian adalah cara Allah mengetahui bagaimana orang melakukannya. Ayat lain yang menunjukkan bahwa manusia akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan adalah surah al-Ankabut ayat 8 yang berbunyi, “Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah akan membalas semua yang telah kita lakukan. Semua amal baik dan buruk yang kita lakukan akan diberi balasan. Ayat lain yang menegaskan bahwa setiap orang akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan adalah surah al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Dan Kami telah menciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dikatakan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” Ayat ini menegaskan bahwa Allah melihat setiap tindakan manusia dan mengetahui apa yang mereka lakukan. Ini menunjukkan bahwa manusia akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan. Ayat-ayat Al-Quran dan hadis menegaskan bahwa setiap orang akan diuji dan diberi balasan atas semua yang telah mereka lakukan. Ini adalah salah satu aqidah yang dipegang oleh semua agama Abrahamik. Aqidah ini menjadi fondasi bagi ajaran agama dan menjadi landasan bagi cara seseorang memandang dan menafsirkan dunia. Dengan meyakini aqidah ini, manusia dapat mencapai hasil yang diinginkan dan dapat menjadi manusia yang lebih baik. 5. Menghindari segala bentuk dosa dan menjalani kehidupan kita dengan cara yang baik. Aqidah adalah cara pandang berdasarkan keyakinan yang dianut oleh seseorang tentang keagamaannya. Aqidah ini juga melibatkan keyakinan tentang hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan, kehidupan sesudah mati, malaikat, kitab suci, dan lainnya. Dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang menjelaskan tentang aqidah, salah satunya adalah menghindari segala bentuk dosa dan menjalani kehidupan kita dengan cara yang baik. Pada ayat ini, Allah mengingatkan kita untuk menjauhi segala bentuk dosa dan menjalani kehidupan kita dengan cara yang baik. Allah mengisyaratkan bahwa dosa adalah sesuatu yang tidak baik dan harus dihindari. Dosa yang harus dihindari adalah dosa besar, seperti zina, berdusta, membunuh, mencuri, menyalahgunakan uang, dan lainnya. Selain itu, dosa-dosa kecil juga harus dihindari, seperti mencaci maki, bersumpah palsu, tidak menjaga mulut, dan lain-lain. Kita juga harus menjalani kehidupan kita dengan cara yang baik. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita harus melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan kita, seperti berbuat baik kepada orang lain, berbuat kebajikan, beramal, berdzikir, menjaga hubungan dengan keluarga kita, dan lain sebagainya. Hal ini dapat membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Dalam ayat ini, Allah juga mengingatkan kita untuk bersyukur dan berterima kasih atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Kita harus menjalani kehidupan kita dengan berterima kasih atas segala yang telah diberikan-Nya kepada kita, dan juga harus bersyukur atas segala kesulitan atau cobaan yang diberikan-Nya kepada kita. Ini akan membantu kita untuk menjadi orang yang lebih bersyukur dan bersemangat untuk melakukan hal-hal yang baik. Oleh karena itu, kita harus mengikuti ayat ini dan menghindari segala bentuk dosa dan menjalani kehidupan kita dengan cara yang baik. Hal ini akan membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi orang yang berguna bagi orang lain, dan juga menjadi orang yang lebih bersyukur dan bersemangat untuk melakukan hal-hal yang baik. Dengan berpegang teguh pada ayat ini, kita akan mendapatkan berkat dan nikmat dari Allah SWT. 6. Beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa untuk mempersiapkan diri kita untuk hari pembalasan. Aqidah adalah sebuah doktrin dalam agama Islam yang mengacu pada sistem keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan, rasul-Nya, para malaikat, kitab-kitab suci, hari akhir, dan sebagainya. Aqidah dipercaya dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi kehidupan umat Muslim. Ayat-ayat Al-Quran membicarakan mengenai aqidah dan mengajarkan kita tentang pentingnya berpegang teguh pada aqidah agar kita dapat menjalani kehidupan sebagai orang yang beriman. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang aqidah adalah ayat yang menyatakan bahwa kita harus beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa untuk mempersiapkan diri kita untuk hari pembalasan. Ayat ini diturunkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 197 yang berbunyi, “Beramallah kamu semuanya dengan baik, sehingga kamu dapat beruntung. Dan jauhilah kejahatan dan dosa, karena barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan dosa, maka dia akan mendapatkan siksa yang keras.” Ayat ini menekankan pentingnya beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa. Hal ini penting karena sebagai umat muslim, kita harus menjalani kehidupan kita sesuai dengan ajaran agama. Kita harus beramal shalih dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menghindari segala bentuk dosa. Dengan melakukan hal ini, kita terus berusaha untuk melakukan yang terbaik, menjauhi segala bentuk dosa, dan mempersiapkan diri kita untuk hari akhir. Di hari akhir, Allah akan menghukum orang-orang yang melakukan dosa dan tidak mentaati ajaran-Nya. Dengan mempersiapkan diri kita dengan beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa, kita akan berharap mendapatkan pahala dari Allah. Dengan demikian, ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang aqidah ini mengingatkan kita untuk selalu beramal shalih dan menjauhi segala bentuk dosa. Semoga kita dapat menjalani hidup kita sebagai orang beriman yang taat kepada Allah SWT dan berharap mendapat pahala dari-Nya di hari akhir. Aamiin. Al-Quran merupakan sebuah kitab penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Al-Quran sendiri tidak hanya berfungsi sebagai pedoman hidup orang islam, melainkan juga sebagai pedoman seluruh umat manusia agar selamat dalam menjalankan kehidupan di dunia dan akhirat. Berikut akan kakak ulas pertanyaan yang adik ajukan beserta pertanyaan terkait dan Jelaskan beberapa isi pokok Al-Quran! Isi pokok dalam Al-Quran terdapat 5, diantaranya 1. Aqidah, merupakan pokok yang berisi ketauhidan bahwa Allah SWT itu Ibadah, merupakan pokok yang berisi pengajaran akan amalan-amalan pokok dalam kehidupan Akhlak, merupakan pokok yang berisi pengajaran maupun larangan baik tentang akhlakul karimah maupun akhlakul Muamalah, merupakan pokok pengajaran hubungan manusia dalam interaksi sosial sesui Tarikh/Qissah, merupakan pokok yang berisi sejarah maupun peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu sebagai pembelajaran di masa yang akan daatang. Carilah ayat-ayat Al-Quran yang terkait dengan 5 Hal pokok, yaitu Aqidah, Akhlak, Ibadah, Muamalah, Tarikh/Qissah. Masing-masing satu ayat, kemudian jelaskan pesan yang terkandung pada ayat tersebut!1. AqidahQs. Al-Baqarah 8 “Di antara manusia ada yang mengatakan "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”Pesan Moral = Hendaknya kita harus menghindari sifat munafik agar selamat di dunia terutama akhirat. Apabila kita diberi amanat tidak khianat, bila berbicara tidak berdusta, bila berjanji ditepati, serta tidak curang apabila bersiteru, maka kita aman dari IbadahQs. Al-Baqarah 3 “yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”Pesan Moral = Jadikan Shalat sebagai tiang agama kita, sebagai pondasi dasar kita, serta jihad sebagai Akhlak Qs. Al-Maidah 8 “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”Pesan Moral = Hendaknya dalam menjalankan kehidupan di dunia dapat bersikap amar ma’ruf nahi MuamalahQs. Al-Baqarah 84 “Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari kamu yaitu kamu tidak akan menumpahkan darahmu membunuh orang, dan kamu tidak akan mengusir dirimu saudaramu sebangsa dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar akan memenuhinya sedang kamu mempersaksikannya.”Pesan Moral = Hendaknya kita senantiasa menjaga keamanan dan ketentraman dalam menjalani kehidupan di dunia dengan berbagai Tarikh/Qissah Qs. Al-Baqarah 54 “Dan ingatlah, ketika Musa berkata kepada kaumnya "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu sembahanmu, maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".Pesan Moral = Hendaknya kita senantiasa mengesakan Allah SWT, sebab menduakan Allah / berlaku syirik merupakan salah satu dosa besar. Semoga jawaban kakak dapat membantu, apabila masih terdapat pertanyaan yang lain, jangan ragu ajukan pertanyaanmu di Brainly TambahanKelas XIPelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi PekertiKategori Bab 11 - Al-Qur’ᾱn sebagai Pedoman HidupKata Kunci 5 Pokok Isi Al-Quran, Ayat terkait, DalilKode - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an adalah kalamullah yang sangat bermanfaat dan penting bahkan menjadi pedoman kehidupan agar selamat dunia dan akhirat yang telah Allah sediakan bagi umat manusia, namun masih banyak diantara manusia yang kurang mengerti akan pentingnya Al-Qur’an dalam aspek kehidupan, bahkan melupakan bahwa Al-Qur’an itu sebagai pedoman bagi kehidupan manusi yang banyak di dalamnya mengandung berbagai aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak yang beranggapan bahwa Al-Qur’an itu hanya sekedar bacaan dan tidak mengerti apa keuntungan dari mempelajarinya. Padahal apabila orang tersebut tahu betapa pentingnya mempelajari kandungan Al-Qur;an pasti mereka akan merasa rugi dan menyesal, karna banyak kandungan Al-Qur’an itu memberikan manfaat dan kebaikan bagi manusia. Salah satunya adalah kandungan Al-Qur’an tentang Akidah dan Ibadah yang akan di bahas dalam makalah ini. Maka dari itu penulis tertarik dan merasa terpanggil untuk membahas secara singkat, jelas, dan padat mengenai kandungan Al-Qur’an ini. Karena ini sebagai salah satu kewajiban bagi umat Islam untuk mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Akidah dan Ibadah? 2. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang Akidah dan Ibadah? C. Tujuan Penulisan Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui pengertian Akidah dan Ibadah 2. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an yang membahas Akidah dan Ibadah Tujuan Khusus 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tahun 2016 BAB II PEMBAHASAN Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam untuk seluruh umat muslim diseluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan manusia didunia. Didalam surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an terdapat kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa pengertian dari akidah dan ibadah yang masing-masing memiliki kandungan didalam Al-Quran. A. Kandungan Al-Qur’an Tentang Akidah 1. Pengertian Akidah Akidah adalah masalah yang sangat prinsipil dalam agama Islam, begitu juga dalam agama-agama lain. Aqidah Islam adalah tauhid, artinya kepercayaan terhadap keesaan Allah swt. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid. Secara etimologi kata akidah diambil dari kata dasar العـقـد yang berarti ikatan. Maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan atau keimanan seperti yakin adanya Allah SWT, diutusnya para Rosul, Malaikat, dan akan datangnya hari akhir. Bukan hanya meyakini adanya zat, bahkan meyakini akan sifat-sifat-Nya. Sedangkan secara terminologi akidah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa yang menjadi suatu kenyataan teguh dan kokoh. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung didalamnya suatu keraguan apapun pada orang yang meyakini. Akidah juga sebagai dasar atau pondasi manusia dalam menjalani kehidupan. Karena tanpa adanya akidah manusia akan tersesat. Akidah juga adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-Qur’an mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah swt. Yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah swt. Adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir. Itulah salah satu kandungan Al-Qur’an tentang akidah. 2. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Akidah Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Akidah Seperti firman Allah swt. Dalam Al-Qur’an sebagai berikut. 1. Surah Al-Baqarah 163 وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Tidak ada Tuhan Selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” QS. Al-Baqarah 163. 2. Surah Al-Ikhlas 1-4 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ “Katakanlah Muhammad, Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia’.” QS. Al-Ikhlas 1-4. 3. Surah An-Nisa 36 وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun.” QS. An-Nisa 36. Dari ayat di atas, jelas bahwa Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah itu Esa, Tunggal, tidak ada padanannya, karena Allah itu pencipta, maka mustahil/tidak masuk akal bahwa yang mencipta sama dengan yang diciptakan. M. Quraish shihab menjelaskan dalam bukunya tujuan diturunkanya al-Quran berbeda dengan kitab-kitab ilmiyah. Karenanya dibutuhkan penyelidikan dan penelitian tentang priode diturunkanya wahyu Allah tersebut. Secara garis besar salah satu tujuan diturunkanya al-Qur’an menurut beliau adalah “petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan”. Dari keterangan Quraish shihab diatas, dapat disimpulkan bahwa memang benar inti Al-Qur’an merupakan akidah islamiyyah yang harus diikuti oleh umat manusia. Dengan kata lain bahwa Al-Qur’an tersebut diturunkan oleh Allah ditengah-tengah umat yang memiliki keyakinan sangat bertentangan dengan yang disampaikan oleh Al-Qur’an. Namun, dengan adanya ajakan, kabar gembira, ancaman dan juga kebagusan akhlak Rasulullah menjadikan keyakinan yang bertentangan itu dapat berubah secara berangsur-angsur. Perlu diketahui bersama meskipun inti Al-Qur’an mengenai akidah tetapi Al-Qur’an juga meliputi hal-hal lainya seperti akhlak, hukum syariat dan yang lainnya. Ajaran tentang Akidah ini disebut juga dengan keimanan, seperti kita ketahui bahwa rukun iman itu ada enam. B. Kandungan Al-Qur’an Tentang Ibadah 1. Pengertian Ibadah Isi pokok Al-Qur’an yang kedua adalah masalah Ibadah. Ibadah adalah bentuk pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta Al-Khaliq, Allah Swt. Sebagai rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah diterimannya. Oleh karena itu Ibadah juga diartikan sebagai ketaatan, tunduk, dan ikut. Sedangkan pengertian ibadah menurut Fuqaha adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah swt. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama Islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir Rukun Islam, yaitu mengucap dua kalimat syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa dibulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya. 2. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Ibadah Di antara ayat-ayat yang menyuruh manusia beribadah atau menyembah Allah adalah. 1. Surah Al-Baqarah 21 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” QS. Al-Baqarah 21. 2. Surah Az-zariyat 56 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.” QS. Az-Zariyat 56. 3. Surah Ali Imran 51 إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ “Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” QS. Ali Imran 53. 4. Surah Al-Bayyinah 5 وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus benar.” QS. Al-Bayyinah 5. Dari ayat di atas, jelas bahwa Al-Qur’an mengajarkan bahwa Ibadah adalah realisasi dari keimanan. Seseorang yang mengakui adanya Allah, adanya malaikat, diutusnya Nabi Muhammad dan sebagainya, tetapi tidak melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah melalui Rasulnya, sama dengan bohong, atau dalam agama disebut orang Fasiq. Ibadah ada yang berbentuk ucapan, perbuatan atau niatan dalam hati. Dalam surah An-Nisa ayat 103, Allah memerintahkan untuk beribadah sholat. Namun di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci bagaimana kita harus sholat. Namun keteranga-keterangan tentang sholat dapat kita temukan pada hadits-hadits Rasulullah saw. Al-qur’an yang berisi tentang Sholat terdapat pada surah An-Nisa ayat 103 إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَّوْقُوْتًا “Sungguh sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” QS. An-Nisa 103. Menafsirkan ayat di atas, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di berkata, “sholat itu merupakan kewajiban yang telah ditentukan waktunya. Selain menekankan wajibnya sholat, ayat ini juga menunjukkan bahwa sholat itu memiliki waktu tertentu yang harus dipenuhi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara etimologi kata akidah diambil dari kata dasar العـقـد yang berarti ikatan. Maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan atau keimanan seperti yakin adanya Allah SWT, diutusnya para Rosul, Malaikat, dan akan datangnya hari Islam adalah tauhid, artinya kepercayaan terhadap keesaan Allah swt. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid. Sedangkan Ibadah adalah bentuk pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta Al-Khaliq, Allah Swt. Sebagai rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah diterimannya. Oleh karena itu Ibadah juga diartikan sebagai ketaatan, tunduk, dan ikut. Sedangkan pengertian ibadah menurut Fuqaha adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah swt. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang Akidah 1. Surah Al-Baqarah 163 2. Surah Al-Ikhlas 1-4 3. Surah An-Nisa 36 Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang Ibadah 1. Surah Al-Baqarah 21 2. Surah Az-zariyat 56 3. Surah Ali Imran 51 4. Surah Al-Bayyinah 5 B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki, untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon. 2012. Ulumul Qur’an. Bandung CV. Pustaka Setia. Departemen Agama RI. 1972. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta Penerbit Syamil Qur’an. Matsna, Mohammad. 2008. Al-Qur’an hadis, Semarang Toha Putra. Pengawarang, mochtar jaim. 2001. Kompedium ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum. Padang CV. Hasanah. Page 2 هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍArab-Latin huwallażī ba'aṡa fil-ummiyyīna rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa yu'allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa ing kānụ ming qablu lafī ḍalālim mubīnArtinya Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah As Sunnah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا۟ بِهِمْ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُArab-Latin wa ākharīna min-hum lammā yal-ḥaqụ bihim, wa huwal-'azīzul-ḥakīmArtinya dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Menarik Tentang Ayat Tentang AqidahDidapati berbagai penafsiran dari kalangan mufassirun mengenai makna ayat tentang aqidah, misalnya sebagaimana terlampirRasul ini diutus juga kepada kaum Arab yang lain dan kaum non Arab yang belum datang dan yang akan datang. Sungguh Dia Maha Perkasa yang tidak ada seorang pun mampu mengalahkan-Nya, dan Maha Bijaksana dalam penciptaan-Nya, syariat-Nya dan takdir-Nya. Tafsir al-MukhtasharDia menyucikan kaum-kaum lain di antara bangsa Arab dan dia juga diutus untuk mereka. Mereka adalah orang-orang yang hidup setelah generasi para sahabat sampai hari kiamat. Dialah Dzat yang Maha Menang, tidak ada yang dapat mengungguliNya dalam kekuasaan dan pemberian nubuwwah kepadanya Muhammad. Dialah Dzat yang Maha Bijaksana dalam menciptakan dan memilihnya. Tafsir al-Wajizوَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا۟ بِهِمْ ۚ dan juga kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka Yakni kaum yang belum pernah berinteraksi dengan mereka pada waktu itu, namun kelak akan berinteraksi dengan mereka. Yakni Rasulullah akan menyucikan mereka dan menyucikan kaum selain mereka, yaitu orang-orang beriman setelah generasi sahabat dari kaum Arab maupun selain Arab hingga datang hari kiamat. Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata “Suatu hari kami duduk di majelis Rasulullah saat surat al-Jumu’ah diturunkan, maka Rasulullah membacanya; dan ketika sampai pada ayat وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا۟ بِهِمْ seseorang bertanya kepada beliau “Hai Rasulullah, siapakah mereka yang belum pernah bertemu dengan kami ini?” maka Rasulullah meletakkan tangannya pada Salman al-Farisi seraya berkata “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika saja keimanan itu berdasarkan banyaknya lampu yang menerangi rumah-rumah niscaya orang-orang seperti dia ini pasti akan mendapatkan keimanan.” وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana Yakni memiliki kemuliaan dan kebijaksanaan yang tiada batas. Zubdatut Tafsirفِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْذِبُونَArab-Latin fī qulụbihim maraḍun fa zādahumullāhu maraḍā, wa lahum 'ażābun alīmum bimā kānụ yakżibụnArtinya Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka dalam hati mereka terdapat keraguan dan kerusakan akibatnya mereka diuji Allah dengan berbuat berbagai macam maksiat yang mewajibkan adanya siksaan bagi mereka, sehingga Allah pun menambah keraguan pada hati mereka dan bagi mereka siksaan yang menyedihkan akibat kedustaan dan kemunafikan mereka. Tafsir al-MuyassarPenyebabnya ialah karena di dalam hati mereka terdapat keraguan, maka Allah menambah keraguan itu dengan keraguan lainnya, karena setiap perbuatan akan dibalas dengan perbuatan serupa. Kelak mereka akan mendapatkan azab yang sangat pedih di kerak neraka yang paling bawah. Hal itu karena mereka telah berdusta atas nama Allah dan atas nama manusia lainnya. Dan juga karena mereka mendustakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-. Tafsir al-MukhtasharDi dalam hati mereka terdapat kerusakan akidah baik keragu-raguan dan kemunafikan ataupun kekufuran dan kedustaan. Kemudian Allah menambahkan penyakit lain pada diri mereka, yaitu dengki dan kebencian terhadap tingginya derajat kalam Allah, tetapnya kaidah Islam dan pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin. Dan bagi mereka azab yang menyakitkan akibat kebohongan dan keangkuhan mereka dengan berpura-pura beriman Tafsir al-Wajizفِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ yang dimaksud dengan penyakit disini adalah kerusakan akidah mereka baik itu disebabkan oleh keraguan, kemunafikan, atau keingkaran. فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًا Yakni dengan bertambahnya kenikmatan-kenikmatan yang senantiasa bertambah kepada Rasulullah baik itu kenikmatan duniawiyah maupun diniyyah maka berbambah pula penyakit mereka, mereka pun dihukum dengan bertambahnya keraguan, kekecewaan, dan kenifakan. وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ Yakni azab yang menyakitkan بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ Yakni sebab pengakuan mereka bahwa mereka beriman padahal mereka tidak beriman. Zubdatut Tafsirأَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِArab-Latin a ra`aitallażī yukażżibu bid-dīnArtinya Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?Tidaklah kamu melihat keadaan orang yang mendustakan kebangkitan setelah kematian dan pembalasan? Tafsir al-MuyassarTahukah kamu orang yang mendustakan adanya pembalasan pada hari Kiamat? Tafsir al-MukhtasharApakah kamu mengetahui dan melihat wahai Nabi, orang yang mendustakan hari perhitungan dan hari pembalasan di akhirat, dan mendustakan akidah dan syari’at agama ini? Bukankah dia layak menerima siksa Allah? Istifham ini digunakan untuk membuat orang yang diajak bicara terkejut dengan perbuatan pendusta ini Tafsir al-Wajizاَرَءَيۡتَ الَّذِىۡ يُكَذِّبُ بِالدِّيۡنِؕ‏ Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Yakni apakah kamu mengetahui orang yang mendustakan hari kebangkitan dan pembalasan? Zubdatut Tafsirوَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰArab-Latin wa ṣaddaqa bil-ḥusnāArtinya dan membenarkan adanya pahala yang terbaik surga,Barangsiapa memberikan hartanya dan bertakwa kepada Allah dalam hal itu, Membenarkan “laa ilaha illallah” dan apa yang menjadi petunjuknya,serta balasan yang diakibatkanya, Maka kami akan membimbingnya dan memberinya taufik kepada sebab-sebab kebaikan dan keshalihan, dan kami akan memudahkan urusannya. Tafsir al-MuyassarDan membenarkan adanya balasan yang telah dijanjikan oleh Allah. Tafsir al-MukhtasharDan menerima kalimat-kalimat yang baik, yaitu akidah keesaan Allah dan membenarkan utusan-utusanNya dan janjiNya dengan imbalan atas ketaatan kepadaNya Tafsir al-Wajizوَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ dan membenarkan adanya pahala yang terbaik surga Yakni mempercayai janji Allah yang menjanjikan kepadanya untuk memberinya balasan atas apa yang telah ia infakkan. Zubdatut Tafsirفَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِّنَ ٱلْمُسْلِمِينَArab-Latin fa mā wajadnā fīhā gaira baitim minal-muslimīnArtinya Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah tidak melihat di perkampungan tersebut selain satu rumah dari kaum Muslimin, yaitu rumah Luth. Tafsir al-MuyassarTernyata tidak Kami dapati di kampung mereka ini selain satu rumah dari orang-orang yang berserah diri, yaitu keluarga Lūṭ -'alaihissalām-. Tafsir al-MukhtasharKami tidak menemukan satupun orang muslim selain Ahlu Bait dalam negeri itu. Ahli bait itu adalah Ahlu bait Luth kecuali istrinya. Iman adalah Akidah keyakinan dan Islam adalah mengerjakan segala sesuatu yang diwajibkan Tafsir al-Wajizفَمَا وَجَدْنَا فِيهَا غَيْرَ بَيْتٍ مِّنَ الْمُسْلِمِينَ Dan Kami tidak mendapati negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang yang berserah diri Yakni kecuali satu keluarga dari mereka, yaitu keluarga Nabi Luth. Zubdatut Tafsirإِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَArab-Latin innamal-mu`minụna ikhwatun fa aṣliḥụ baina akhawaikum wattaqullāha la'allakum tur-ḥamụnArtinya Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat orang-orang Mukmin itu bersaudara dalam agama, karena itu, bila mereka bertikai, maka damaikanlah di antara saudara-saudara kalian itu. Takutlah kepada Allah dalam segala urusan kalian agar kalian dirahmati olehNya. Tafsir al-MuyassarSesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, dan persaudaraan dalam Islam itu berkonsekuensi atas kalian -wahai orang-orang yang beirman- untuk mendamaikan antara dua saudara kalian yang sedang bertikai. Bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala l;arangan-Nya dengan harapan kalian akan dirahmati. Tafsir al-MukhtasharSesungguhnya orang-orang mukmin itu saling bersaudara dalam agama dan akidah. Berdamailah dengan saudara kalian saat terjadi perselisihan dan pertentangan. Bertakwalah kepada Allah saat terjadi perselisihan tentang hukum-hukumNya dan berlakulah sebagai penengah, supaya kalian dirahmati dan ditolongNya dalam menciptakan perdamaian, sebagai hasil dari ketakwaan kalian Tafsir al-Wajizإِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara Yakni mereka semua kembali kepada satu asal, yaitu kemanan, oleh sebab itu mereka adalah bersaudara karena berada dalam agama yang sama. فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu Yakni antara dua orang Islam yang saling berselisih. Begitu pula kelompok yang membelot terhadap pemimpin, mereka adalah kelompok yang zalim jika mereka membelot tanpa alasan yang benar, namun mereka tetaplah bersaudara dengan orang-orang beriman. Zubdatut Tafsirوَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَArab-Latin wa man aḥsanu qaulam mim man da'ā ilallāhi wa 'amila ṣāliḥaw wa qāla innanī minal-muslimīnArtinya Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"Tidak ada yang lebih bagus perkataannya daripada seseorang yang mengajak kepada tauhid Allah dan penyembahan kepadaNya semata, lalu dia melakukan amal shalih dan dia berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim yang tunduk kepada perintah dan syariat Allah.” Ayat ini mengandung dorongan untuk berdakwah kepada Allah, menjelaskan keutamaan para ulama yang mengajak kepada Allah berdasarkan ilmu yang mantap bashirah sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad. Tafsir al-MuyassarTidak ada seorangpun yang lebih bagus perkataannya dibandingkan orang yang mengajak untuk mentauhidkan Allah dan mengamalkan syariat-Nya, mengerjakan amal saleh yang diridai oleh Rabbnya, dan dia berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri lagi tunduk kepada Allah.” Barangsiapa melakukan hal itu seluruhnya, maka dia adalah manusia yang paling bagus perkataannya. Tafsir al-MukhtasharTidak ada orang yang lebih baik ucapannya daripada orang yang mengajak agar hanya menyembah Allah dan mengerjakan amal shalih yang diperintahkan olehNya. Dia berkata dengan lantang “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang tunduk kepada perintah Allah” Ini merupukan penggabungan antara akidah dan amal. {Man} adalah istifham yang mengandung makna nafi. Maknanya adalah tidak ada satupun yang ucapannya lebih baik. Ayat ini diturunkan untuk Rasulallah SAW dan para sahabatnya Tafsir al-Wajizوَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى اللهِ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah Yakni kepada keesaan dan ketaatan kepada Allah. Inilah perkataan terbaik yang diucapkan seseorang kepada orang lain. وَعَمِلَ صٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ الْمُسْلِمِينَmengerjakan amal yang saleh, dan berkata “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” Yakni berserah diri kepada Tuhan-Ku. Setiap orang yang menjalankan dakwah kepada syariat Allah dan melakukan amal baik dengan mengerjakan kewajiban yang diperintahkan Allah dan menjauhi larangan-Nya serta termasuk orang yang beragama Islam, maka tidak ada yang lebih baik perkataannya darinya dan tidak ada yang lebih terang jalannya serta tidak ada yang lebih besar balasan amalnya. Zubdatut Tafsirفَلَمَّا جَآءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَرِحُوا۟ بِمَا عِندَهُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَArab-Latin fa lammā jā`at-hum rusuluhum bil-bayyināti fariḥụ bimā 'indahum minal-'ilmi wa ḥāqa bihim mā kānụ bihī yastahzi`ụnArtinya Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul yang diutus kepada mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan umat-umat yang mendustakan itu didatangi para rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berbahagia dengan ilmu yang mereka miliki yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh utusan-utusan mereka, karena kebodohan mereka. Azab pun menimpa mereka, padahal sebelumnya mereka menghina dan mengejek para utusan untuk segera mendatangkan azab tersebut. Ayat ini mengandung dalil bahwa setiap ilmu yang bertentangan dengan Islam atau mencederai Islam atau meragukan kebenaran Islam, ilmu tersebut adalah ilmu yang tercela dan dibenci, serta orang yang meyakininya bukan termasuk diantara para pengikut Muhammad. Tafsir al-MuyassarKetika para rasul datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang nyata dan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan, mereka mendustakannya. Mereka rela berpegang kepada ilmu mereka yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh para rasul mereka, maka turunlah kepada mereka apa yang mereka remehkan sebelumnya, yaitu azab yang telah diperingatkan oleh para rasul mereka. Tafsir al-MukhtasharKetika para rasul datang kepada mereka dengan mukjizat dan dalil untuk mengesakan Allah, mereka lebih memilih akidah menyimpang dan menolak para rasul itu. Lalu turunlah azab yang sering mereka ejek itu kepada mereka. Mereka juga dipertontonkan kepada balasan atas olok-olokan mereka Tafsir al-Wajizفَلَمَّا جَآءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنٰتِ Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul yang diutus kepada mereka dengan membawa ketarangan-keterangan Yakni dengan hujjah-hujjah yang jelas dan mukjizat-mukjizat yang terang. فَرِحُوا۟ بِمَا عِندَهُم مِّنَ الْعِلْمِmereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka Yakni mereka menampakkan kesenangan atas apa yang mereka miliki yang mereka sebut dengan ilmu, padahal sebenarnya itu hanyalah syubhat dan pengakuan palsu mereka. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud adalah mereka merasa senang dengan ilmu tentang dunia yang mereka miliki, dan bukan ilmu tentang agama, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah يعلمون ظاهرا من الحياة الدنيا “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia.” ar-Rum 7 وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَdan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu Yakni mereka dikepung oleh balasan olokan mereka. Zubdatut Tafsirفَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَArab-Latin fa mā ẓannukum birabbil-'ālamīnArtinya Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?"83-87 Diantara pengikut nuh yang berjalan diatas manhaj dan agamanya adalah nabiyullah Ibrahim, saat dia datang kepada tuhannya dengan membawa hati yang bersih dari segala akidah sesat dan akhlak tercela saat dia berkata kepada bapaknya dan kaumnya dengan penuh pengingkaran “apa yang kalian sebah selain Allah itu? apakah kalian ingin menyembah tuhan-tuhan buatan dan meninggalkan ibadah kepada Allah yang berhak untuk disembah semata? lalu apa dugaan kalian terhadap apa yang akan dilakukan oleh raabbul alamin bila kalian menyekutukannNya dengan menyembah selainNya? Tafsir al-MuyassarWahai kaumku! Apa anggapan kalian terhadap Allah Rabb alam semesta jika kalian menghadap kepada-Nya sementara kalian menyembah selain-Nya? Menurut kalian, apa yang akan Dia lakukan terhadap kalian?” Tafsir al-MukhtasharApakah anggapan kalian tentang Tuhan semesta alam saat bertemu denganNya sedangkan kalian menyembah selainNya? Apakah kalian akan menganggap bahwa Dia pencipta kalian? Tafsir al-Wajizفَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ الْعٰلَمِينَ Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?” Yakni jika kalian telah menghadap-Nya dalam keadaan kalian menyembah selain-Nya, bagaimana menurut kalian, apa yang akan Dia lakukan terhadap kalian? Zubdatut Tafsir Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang Demikian aneka ragam penjelasan dari para mufassirin terhadap makna dan arti ayat tentang aqidah arab, latin, artinya, moga-moga berfaidah bagi kita. Sokonglah kemajuan kami dengan memberi link ke halaman ini atau ke halaman depan